Saat aku duduk di bangku SD, SMP, SMA hingga Kuliah, aku memiliki beberapa sahabata dekat yang ingin berteman denganku , dan ada juga yang tidak ingin berteman denganku karena mereka takut apa yang ku lihat namun mereka tidak dapat melihat nya.
Perkenalkan namaku marianne umurku sekarang 21 tahun, aku tinggal di salah satu kota di jawa barat, keluarga dan sahabatku sering memanggilku anne, dari kecil aku sudah terbiasa melihat hal-hal yang tidak kebanyakan orang lihat, saat aku masih kecil aku sering bermain di halaman rumah dan berbincang-bincang dengan teman khayalan ku. Orang tuaku khawatir dengan apa yang sering aku lakukan, sehingga orang tuaku membawaku ke psikolog. Kedua orang tuaku terkejut dengan apa yang di katakan oleh psikolog tersebut, bahwa aku adalah anak indigo. Dokter menyarankan orang tuaku untuk tetap menjagaku karena khawatir terjadi sesuatu.
Hari demi hari ku jalani, walau aku terkadang mengalami hal yang membuatku takut setengah mati, Karena seringkali aku melihat wujud-wujud yang menyeramkan, seperti korban kecelakaan atau pun korban pembunuhan, tapi walau bagaimanapun aku tetap melanjutkan aktifitas ku seperti biasa, aku terbiasa memanggil atau menyebutkan mereka dengan kata "xingshi" karena dari kecil aku selalu memanggil nya begitu, setelah aku selesai kuliah aku sudah tidak lagi berbicaa dengan "xingshi"sejak dari aku masih kecil, karena semakin aku dewasa aku semakin mengerti jika aku tetap berbicara dengan mereka aku akan semakin dikira "aneh" dan aku yakin, aku akan punya teman sama.
Hari kelulusa Kuliah sudah kulalui, aku telah mendapatkan gelar Sarjana. Aku sudah mencoba melamar pekerjaan ke berbagai perusahaan dengan modal ilmu yang ku punya, suatu ketika aku mendapatkan panggilan untuk wawancara dari salah satu perusahaan televisi swasta di jakarta, dua hari setelah aku mendapatkan undangan untuk wawancara aku pun bergegas untuk berangkat ke jakarta, aku berangkat dengan menggunakan transportasi Kereta karena stasiun tujuan akhirku dekat dengan tempat wawancara.
Singkat cerita aku pun sudah sampai di jakarta tak ada yang aneh setelah aku keluar dari stasiun akupun bergegas mencari Bus kota untuk dapat segera menuju tempat ku wawancara, sepanjang perjalanan tidak ada yang aneh entah itu melihat atau mendengar dari salah satu "xingshi"
sesampai nya di gedung tempatku wawancaram entah mengapa prasaanku menjadi tidak enak dengan memandang gedung stasiun televisi swasta ini. Aku dapat melihat dan merasakan aura-aura yang cukup kuat. "Oke aku harus tetap berjuang" itu lah kata - kata yang terbenak dalam pikiranku. Sesampai di lobby aku segera menuju resepsionis untuk menanyakan lantai 7 berada, dari kejauhan aku dapat melihat ada 2 staff resepsionis di sana. sesampai di meja resepsionis aku terkejut karena di belakang salah satu resepsionis ada anak kecil yang menghadap dinding seperti melihat ke arah dinding tanpa melakukan apapn, "Mbaak.. Mbaak ada yang bisa di bantu ?"suara staff resepsionis yang memecah tatapanku ke arah anak kecil tersebut "Ehh.. maaf mbak saya gugup, ini mbak saya mendapatkan undangan untuk wawancara di lantai 7 "jawabku sambil mengeluarkan print surat undangan wawancara, sambil kakiku gemetar, "Ohh baik mbak untuk lantai 7 itu adalah lantai divisi marketing dan administrasi kami, mba dapat langsung menggunakan lift yang berada di lorong sebelah kanan, mbak sesempai di lantai 7 dapat langsung menuju resepsionis yang berada di lantai 7 ya mbak" jawab staff resepsionis tersebut "baik mbak terimakasih penjelasan dan arahan nya, permisi mbak"jawabku sambil aku berjalan menuju lift yang di tunjukan oleh mbak resepsionis tersebut, dan juga sekilas aku kembali melihat ke arah kecil itu berada dan anak kecil itu masih ada di sana akupun dapat melihat tatapan kosong nya ke arah dinding dari sisi kanan anak kecil itu. "Aku yakin tidak hanya ini yang akan kulihat di gedung ini" Pikirku.
Sesampai di depan lift dan menekan tombol aku melihat layar ponselku untuk melihat jam, "ternyata masih jam 10 pantas terlihat sepi, jam segini kan jam sibuk nya kantor, lorong ini redup banget lampunya nyeremin banget"pikirku.
"Dingg..." tanda jika aku sudah sampai di lantai 7, pintu pun perlahan terbuka aku berdiri di balik sisi pintu lift untuk melirik apakah ada "xingshi" yang membuatku kaget, aku pun masuk ke dalam lift saat aku berbalik badan hendak untuk menekan tombol lantai 7 aku kaget karena ada sosok xingshi kakek-kakek dengan rambut nya yang panjang sampai lantai memandang ku dengan tatapan kosong berjalan hendak masuk ke dalam lift, aku pun dengan tergesa menekan tombol lantai 7 berkali - kali dan menekan tombol untuk menutup pintu lift "Ayoo tertutup... tertutup...!!!" teriak dalam pikiranku. Akhirnya pintu pun tertutup aku pun mundur hingga menyentuh dinding lift untuk bersandar sejenak sambil gemetar, "Ya ampuunn... nyeremin banget gak biasanya liat yang nyeremin seperti itu" pikirku.
"Dinngg..." tanda jika aku sudah sampai di lantai 7, pintu pun perlahan terbuka, aku berdiri di balik sisi pintu lift untuk melirik apakah ada "xingshi" yang lain atau tiak. Namun ternyata tidak ada aku hanya dapat melihat meja resepsionis dan kursi tamu di lorong, Aku pun keluar lift dan berjalan menuju resepsionis, "selamat datang mbak, ada yang bisa saya bantu ?" tanya resepsionis "iya mbak saya marianne ingin bertemu dengan ibu Andini karena ada undangan untuk wawancara" jawabku "baik saya panggilkan ibu andininya dahulu mbak, silahkan duduk mbak bisa duduk di kursi tamu selagi saya memanggilkan ibu andini" jawab resepsionis "baik mbak, terima kasih" jawabku sambil berjalan menuju kursi untuk menunggu. Saat aku hendak duduk aku dapat melihat mbak resepsionis tersebut masuk ke dalam pintu kaca, aku dapat melihat di balik pintu tersebut ternyata ruangan kerja karyawan di lantai ini. Setelah mbak resepsionis tersebut tidak lagi terlihat dan pintu tertutup suasana lobby lantai 7 ini berubah menjadi sedikit menyeramkan karena tidak ada suara apapun. Belum lama aku menyadari sunyi nya lobby ini aku dapat merasakan hembusan angin kecil di bawah kakiku, aku pun langsung mengangkat kakiku dan melihat ke bawah namun tidak ada apa - apa, "ini pasti hembusan angin dari AC, pasti" pikirku bersikap positif. aku pun melihat ke sekeliling untuk melihat apakah ada AC tertempel di dinding ini, ternyata ada AC yang tertanam di atas dinding lobby ini.
Fiuhh lega karena sudah parno duluan.
"Dinnngg..." suara dari arah lift, aku pun melirik ke arah lift, saat pintu lift terbuka, aku dapat melihat 5 orang di dalam lift tersebut. Keluar lah dari lift 3 orang perempuan dan 1 laki - laki mereka berjalan keluar lift sambil mengobrol. "Dag... Dig... Dug... jantungku berdebar aku melihat ternyata orang yang ke 5 itu adalah sosok kakek - kakek yang tadi di lantai dasar! aku pun segera memalingkan wajahku ke arah lain karena takut melihat kakek - kakek itu. Saat terdengar pintu lift tertutup aku kembali beranikan melihat ke arah lift ternyata sosok kakek itu tidak ikut turun ke lantai ini, aku pun mulai sedikit lega. "Mbak marianne? seseorang memanggilku, aku pun melihat ke arah meja resepsionis ternyata mbak resepsionis yang tadi!. aku pun segera bangun dari dudukku dan menghampiri Mbak resepsionis tersebut. "Iya mbak"jawabku "Mari mbak ikuti saya, Ibu Andini sudah siap untuk sesi wawancara nya"jawab nya "Baik mbak" aku pun mulai mengikuti mbak resepsionis, saat mbak resepsionis membuka pintu, aku pun terdiam seperti patung dan dibuat kaget, rasanya jantung ku ini ingin copot, aku dapat melihat banyak sekali "xingshi"di dalam ruangan ini, dan yang lebih menyeramkan lagi semua xingshi ini melihat ke arahku. "Mbak marianne..Mbak?" panggil resepsionis menyadarkan ku "Eh iya maaf mbak saya terpukau dan gugup baru pertama kali lihat ruangan kantor" basa - basiku "Ohh iya tidak apa mbak, mari mbak kita masuk ke ruang meeting di depan"jawab nya. Aku pun hanya mengangguk dan mengikuti mbak resepsionis.
Selama aku jalan menuju pintu ruangan meeting aku saling bertatapan dengan para "xingshi" tersebut mereka terus - menerus melihatku, aku pun melihat ke depan mengikuti mbak resepsionis untuktetap bersikap tidak apa - apa. Mbak resepsionis pun membuka kan pintu ruangan meeting aku pun ikut masuk ke dalam, sambil lihat di sekeliling apakah ada xingshi lain nya "silahkan mbak duduk mbak sebentar lagi ibu andini akan datang"kata mbak resepsionis "Baik mbak terima kasih" aku pun duduk di ruang meeting tidak ada siapa siapa dan terasa hening "Ya ampun banyak banget ada 6 dong disini, ingin ku menangis rasanya, ingin pulang saja menonton acara televisi kesukaanku sambil mengobrol dengan ibuku"hatiku pun mulai mengeluh.
Tak lama aku dapat melihat seorang perempuan yang cukup menarik dari cara berpakaian nya "Pasti ini Bu Andini", "Haloo marianne selamat datang"sapa nya hangat, aku pun berdiri untuk bersalaman dengan nya "perkenalkan saya Andini HRD di divisi Marketing dan Administrasi di lantai 7ini, Kami pun memulai wawancara, perbncangan hangat basa - basi wawancara, ada pun sesekali Ibu Andini ini melontarkan Kalimat - kalimat yang lucu dan membuat kami tertawa kecil, sungguh wawancara yang menyenangkan.
Setelah 40 menit sesi wawancara ini pun selesai. Lumayan lama sesi wawancara ini. "Terima kasih ya mbak Anne, Dari kita berbincang tadi saya cukup tertarik dengan perkenalan mbak, dan bagaimana cara mbak marianne menjawab pertanyaan - pertanyaan saya tadi" puji ibu andini yang kagum dengan jawaban - jawabanku mengenai posisi pekerjaan ini "iya ibu andini saya pun terima kasih karena sudah di panggil untuk wawancara"Jawabku "saya pastikan lusa saya akan kabari melalui e-mail hasil wawancara nya." Kata Ibu Andiini "Baik bu, saya akan tunggu e-mail hasi wawancara nya. Terima kasih" Aku dan Ibu Andini pun keluar dari ruangan meeting, saat aku keluar ruangan meeting aku kembali menghitung xingshi yang berada di ruangan ini, dan ya betul dugaan sekarang ini aku dapat menghitung ada 10 xingshi yang sejauh ini ku lihat, aku pun berjalan dan tetap memandan ke arah Ibu A ndini mengikuti nya dari belakang, aku dapat merasakan xingshi ini terus memandangiku, rasanya ingin cepat - cepat keluar dari gedung ini karena rasanya sesak sekali, inginku berteriak. Sesampai di lobby lantai 7 aku pun berpamitan dengan Ibu Andiini dan Mbak resepsionis, dan segera berjalan menuju lift
"Ding.." pintu lift pun terbuka, dan sial nya kali ini. Xingshi kakek itu masih ada di dalam ! Rasanya ingin aku menunggu pintu lift itu tertutup dan menunggu untuk lift berikutnya, tapi entah kenapa pintu lift ini tak kunjung tertutup. "Mbak anne, lift nya sudah ada mbak" teriak kecil suara mbak resepsionis " Oh iya maaf mbak saya keasaikan lihat ponsel saya" senyum kecil sambil aku berjalan masuk ke dalam lift. Aku pun sebisa mungkin tidak melihat kakek tersebut dan segera menekan tombol laintai dasar. Aku tetap berdoa semoga tidak terjadi apa - apa, lift tidak berhenti tiba -tiba, lampu tidak mati secara tiba - tiba, aku pun menutup mataku sambil gemetaran. Tak lama kemudian "Diinngg" aku membuka mata dan layar penunjuk lantai menunjukan ini adalah lantai Dasar, aku pun lekas keluar dengan tergesa hampir bertabrakan dengan orang yang akan menggunakan lift tersebut "Maaf jawabku" sambil ku melihat ke dalam lift apakah kakek itu masih berada di lift, dan benar dugaanku kakek itu masih berada di dalam lift. Kakek itu pun mengangkat kepalanya dan melihat ke arah ku dengan tatapan kosong, aku pun di buat nya gemetar dan segera mempercepat langkahku untuk ke arah pintu lobby, Setelah keluar dari pintu lobby aku pun berlalu sampai depan gerbang, lega rasanya bisa menghirup udara luar, sesak sekali di dalam karena aku terus mencoba menahan untuk tidak berteriak. Aku pun lekas naik Bus kota untuk kembali ke stasiun untuk segera pulang ke kota ku tinggal.
Sepanjang perjalanan menuju stasiun aku dapat melihat beberapa xingshi di dalam bus ini, tak heran kenapa di siang bolong begini mereka dapatku lihat, tentunya karena mereka "tinggal" disini, mau kapanpun pagi, siang, sore, malam, aku dapat melihat mereka. Di dalam Bus aku melihat xingshi yang mengerikan, ada yang seperti seorang wanita yang sedang mengandung dengan tatapan kosong aku, yang sedang berdiri terlihat seperti laki-laki, dengan wajah nya yang hancur hampir tak terbentuk mengeluarkan darah dari setiap luka nya, dan ku perhatikan lengan nya begelantung dari pundaknya seperti akan putus, dan meneteskan darah, sungguh sangat menyeramkan.
Sesampainya aku di halte bus dekat dengan stasiun, aku pun turun dari bus aku menyempatkan mengambil ponsel untuk memberi kabar orang tuaku, jika aku akan pulang menggunakan kereta. Setelah memberi kabar kepada orang tuaku, aku pun melihat jam ternyata masih jam 13:00 entah apakah aku akan mendapatkan tiket untuk pulang dalam waktu dekat. Aku pun berjalan ke arah stasiun dengan harapan untuk tidak melihat sosok ataupun "xingshi" untuk sementara. Jujur aku sudah lemas di buat oleh xingshi ataupun sosok di gedung tadi membuatku cukup syok. Sesampai aku di stasiun aku pun lekas membeli tiket kereta menuju kota dimana aku tinggal. Setelah mendapatkan tiket aku masih harus menunggu sekitar 1 jam, karena jadwal kereta tiketku adalah jam 14:00, selagi menunggu 1jam, aku pun mencari restoran cepat saji untuk aku dapat makan siang, lagi dan lagi aku menemukan wujud tersebut kali ini 4 anak kecil terlihat seperti berumur 3 atau 5 tahun. Mereka berlari - lari di antara meja orang - orang yang sedang menyantap makanan nya. Mereka berlari seperti sedang bermain kejar - kejaran namun dengan mata tatapan kosong, aku merasa kasihan melihatnya namun di sisi bagaimana pun aku takut melihat nya.
Selesai menyantap makanan waktu sudah menunjukan 13:40 aku pun segera menuju peron untuk menunggu keretaku. Namun sesampai nya di peron... Jantungku serasa berhenti dan kakiku gemetar.. rasanya ingin aku berteriak sekencang - kencang nya karena aku dapat melihat barisan "xingshi". Ya, mereka berbaris di sepanjang rel stasiun menghadap ke arah dalam peron dengan berlumuran darah bentuk yang hancur dan tatapan kosong..
END...
Sepanjang perjalanan menuju stasiun aku dapat melihat beberapa xingshi di dalam bus ini, tak heran kenapa di siang bolong begini mereka dapatku lihat, tentunya karena mereka "tinggal" disini, mau kapanpun pagi, siang, sore, malam, aku dapat melihat mereka. Di dalam Bus aku melihat xingshi yang mengerikan, ada yang seperti seorang wanita yang sedang mengandung dengan tatapan kosong aku, yang sedang berdiri terlihat seperti laki-laki, dengan wajah nya yang hancur hampir tak terbentuk mengeluarkan darah dari setiap luka nya, dan ku perhatikan lengan nya begelantung dari pundaknya seperti akan putus, dan meneteskan darah, sungguh sangat menyeramkan.
Sesampainya aku di halte bus dekat dengan stasiun, aku pun turun dari bus aku menyempatkan mengambil ponsel untuk memberi kabar orang tuaku, jika aku akan pulang menggunakan kereta. Setelah memberi kabar kepada orang tuaku, aku pun melihat jam ternyata masih jam 13:00 entah apakah aku akan mendapatkan tiket untuk pulang dalam waktu dekat. Aku pun berjalan ke arah stasiun dengan harapan untuk tidak melihat sosok ataupun "xingshi" untuk sementara. Jujur aku sudah lemas di buat oleh xingshi ataupun sosok di gedung tadi membuatku cukup syok. Sesampai aku di stasiun aku pun lekas membeli tiket kereta menuju kota dimana aku tinggal. Setelah mendapatkan tiket aku masih harus menunggu sekitar 1 jam, karena jadwal kereta tiketku adalah jam 14:00, selagi menunggu 1jam, aku pun mencari restoran cepat saji untuk aku dapat makan siang, lagi dan lagi aku menemukan wujud tersebut kali ini 4 anak kecil terlihat seperti berumur 3 atau 5 tahun. Mereka berlari - lari di antara meja orang - orang yang sedang menyantap makanan nya. Mereka berlari seperti sedang bermain kejar - kejaran namun dengan mata tatapan kosong, aku merasa kasihan melihatnya namun di sisi bagaimana pun aku takut melihat nya.
Selesai menyantap makanan waktu sudah menunjukan 13:40 aku pun segera menuju peron untuk menunggu keretaku. Namun sesampai nya di peron... Jantungku serasa berhenti dan kakiku gemetar.. rasanya ingin aku berteriak sekencang - kencang nya karena aku dapat melihat barisan "xingshi". Ya, mereka berbaris di sepanjang rel stasiun menghadap ke arah dalam peron dengan berlumuran darah bentuk yang hancur dan tatapan kosong..
END...
Komentar
Posting Komentar